MU‘ĀRAḌAH SEBAGAI METODE MEMAHAMI ‘ILLAH PADA MATAN HADIS

  • H Rajab IAIN Ambon
Keywords: 'illah, mu'āraḍah, comparison, matn.

Abstract

Abstract

 

One of the conditions for the validity of a hadith is that it is protected from 'illah. However, what is meant by 'illah in the hadiths and how to know if a hadith contains' illah or not, does not seem to have received much attention from hadith scholars, so the issue of' illah is still being debated among scholars and hadith researchers. This study intends to explain this problem. The research method is literature study using descriptive analysis. From the research conducted, it is known that 'illah does not get as much attention from the scholars of hadith, as it does for the validity of other hadiths. It is also known that the scholars use the word ‘illah’ in the sense of the language, namely something that enters something else, then causes what it enters to change. 'Illah is usually interpreted as a disease, because if the disease enters the body, the body will become weak, the same as' illah if it is entered into a hadith, it will change the quality of the hadith to become weak. The way to find out the existence of 'illah in this hadith is by doing mu'āraḍah, which is the matching of the concepts that are the main content of every hadith object so that the interconnection and harmony between the concepts and other shari'a arguments are maintained, namely with the explicit instructions of the Koran, other traditions, historical knowledge and common sense reasoning.

Abstrak

 

salah satu syarat kesahihan suatu hadis adalah bahwa hadis itu terhindar dari ‘illah. Namun apakah yang dimaksud dengan ‘illah pada hadis dan bagiamana cara mengetahui suatu hadis mengandung ‘illah atau tidak, tampaknya belum mendapat perhatian yang besar dari ulama hadis, sehingga masalah ‘illah ini masih terus diperdebatkan di kalangan ulama dan peneliti hadis. Penelitian ini bermaksud menjelaskan masalah tersebut. Metode penelitian bersifat studi kepustakaan dengan menggunakan analisis deskriptif. Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa ‘illah tidak mendapatkan perhatian yang besar dari para ulama hadis, seperti perhatian pada syarat-syarat kesahihan hadis lainnya. Juga diketahui bahwa para ulama menggunakan kata ‘illah pada pengertian bahasanya, yaitu sesuatu yang masuk kepada sesuatu yang lain, lalu menyebabkan yang dimasukinya itu menjadi berubah. ‘Illah biasa dimaknai sebagai penyakit, karena jika penyakit masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan berubah menjadi lemah sama dengan ‘illah jika masuk ke dalam suatu hadis, maka akan mengubah kualitas dari hadis itu menjadi lemah. Cara untuk mengetahui adanya ‘illah dalam hadis ini adalah dengan melakukan mu‘āraḍah, yaitu pencocokan konsep yang menjadi muatan pokok setiap matan hadis agar tetap terpelihara kebertautan dan keselarasan antarkonsep dengan dalil syariat yang lain, yaitu dengan petunjuk eksplisit al-Quran, hadis yang lain, pengetahuan kesejarahan dan penalaran akal sehat.

 

References

Abbas, Hasjim. 2004. Kritik Matan Hadis. Yogyakarta: Teras.
Abdul Gaffar. 2015. “Telaah Kritis Atas ‘Ilal Al-Hadis Dalam Kaidah Kesahihan Hadis (Sebuah Rekonstruksi Metodologis).” UIN Alauddin Makassar. http://repositori.uin-alauddin.ac.id/591/1/ ABDUL GAFFAR.pdf.
Abdurrahman, M. 2000. Pergeseran Pemikiran Hadis: Ijtihad Al-Hâkim Dalam Menentukan Status Hadis. Jakarta: Paramadina.
Al-Ahdab, Khaldun. 1987. Asbāb Ikhtilāf Al-Muḥaddithīn: Dirāsat Naqdiyat Muqāranat Hawla Asbāb Ikhtilāf Fī Qabūl Al-Aḥādith Wa Raddiha. Jeddah: al-Dār al-Sa‘udiyyah.
Al-Anṣârî, Sirâjuddîn ‘Umar bin ‘Alî bin Aḥmad. 1413. Al-Muqni‘ Fî ‘Ulûm Al-Ḥadîth. Saudi Arabiah: Dâr Fawîz li al-Nashr.
Anwar, Syamsul. 2000. “Manhaj Tawthîq Mutûn Al-Hadîth ‘Inda Ushûliyy Al-Ahnâf.” Al-Jamiah 65, no. VI: 132–36.
Al-Batalyûsî, Muḥammad bin ‘Abdullâh. 1978. Kitâb Al-Tanbîh ‘Alâ Al-Asbâb Allatî Awjabat Al-Ikhtilâf Bayn Al-Muslimîn Fî Ârâihim Wa Mażâhibihim Wa I’Tiqâdâtihim. Dâr al-I’tiṣâm.
Al-Dumainî, Musfir Azmullâh. n.d. Maqâyis Naqd Mutûn Al-Sunnah. Riyad: Jâmi‘ah al-Imâm Muḥammad bin Sa‘ûd al-Islâmiyyah.
Al-Ghazâlî, Muḥammad. 1993. Studi Kritis Atas Hadis Nabi Saw. Antara Pemahaman Tekstual Dan Kontekstual. Bandung: Mizan.
Haris, Abdul. 2001. “‘Rekonstruksi Studi Kritik Matan Hadis: Reevaluasi Terhadap Unsur Terhindar Dari Shudhûdh Dan ‘Illa Sebagai Kaedah Kesahihan Matan Hadis.’” Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Hashem, Fuad. 1996. Sejarah Hidup Rasulullah: Suatu Penafsiran Baru. Bandung: Mizan.
Ibn Al-Ṣalāḥ, Abū ‘Amr Uṡmān bin ‘Abd al-Rahman. 2002. Muqaddimat Ibn Al-Ṣalāḥ. Dār al-Kutub al-Ilmiyyah.
Ismail, M. Syuhudi. 1992. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang.
Al-Idlībī, Salāḥuddīn bin Aḥhmad. 1984. Manhaj Naqd Al-Matn ‘inda ‘Ulamâ’ Al-Ḥadîth Al-Nabawî. Beirut: Dār al-Afāq al-Jadīdah.
‘Itr, Nūruddīn. 1981. Manhaj Al-Naqd Fī ‘Ulūm Al-Hadīth. Damaskus: Dār al-Fikr.
Al-Jawābī, Muḥammad Ṭahir. 1986. Juhūd Al-Muhaddithīn Fī Naqd Matn Al-Hadīth Al-Nabawī Al-Sharīf. Tunisia: Mu‘assasat ‘Abdilkarīm.
Madjid, Nurcholish. 1995. Islam Dan Peradaban. Jakarta: Paramadina.
Ibnu Manzur, Jamāluddīn Muḥammad bin Mukarram al-Ifrīqī al-Misrī. 1994. Lisān Al-Arab. XI. Beirut: Dār al-Sādir.
Al-Naisabūrī, Al-Ḥâkim. 1977. Ma‘rifat ‘Ulūm Al-Ḥadīth. Bairut: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah.
Al-Naisabūrī, Muslim bin al-Ḥajjāj. n.d. Ṣaḥīḥ Muslim. Bairut: Dār Ihyā al-Turāth al-Arabī.
Shâkir, Aḥmad Muḥammad. n.d. Sharḥ Alfiyat Al-Suyûṭî Fî ‘Ilm Al-Ḥadîth. Mesir: Muṣṭafâ Muḥammad.
Al-Sijistānī, Abū Dāwūd. n.d. Sunan Abī Dāwūd. Bairut: al-Maktabat al-Aṣriyyah.
Al-Suyūṭī, Jalāluddīn. n.d. Tadrīb Al-Rāwī. (Dār Ṭaibah.
Al-Tirmidhī, Muḥammad bin Isā Abū Isā. n.d. Sunan Al-Tirmidhī. Beirut: Dār Iḥyā al-Turāṡ al-Arabī.
Al-Zuhailî, Wahbat. 1986. Uṣû‎l Al-Fiqh Al-Lslâmî. Beirut: Dār al-Fikr.
Published
2021-06-30